Penggantian logo/label halal Indonesia menjadi sorotan berbagai kalangan, dan tentu saja tidak ketinggalan dari kalangan desainer tanah air. Baik dari masyarakat umum yang awam soal desain sampai desainer dari beberapa golongan. Karena logo halal baru itu menggunakan beberapa elemen yang cukup mengundang pro dan kontra.
Simbol Wayang Gunungan
Beberapa elemen yang digunakan pada logo halal tersebut seperti penggunaan kaligrafi huruf arab, simbol wayang yaitu gunungan dan surjan. Dari sudut pandang saya pribadi, logo baru ini patut diapresiasi kreativitasnya. Tapi memang ada catatan dari kalangan desainer. Seperti dari desainer kaligrafi maupun masyarakat muslim pada umumnya.
Penggunaan simbol wayang bagi sebagian kelompok dinilai kurang bisa mewakili Indonesia seutuhnya. Sehingga masyarakat di luar Jawa merasakan dianaktirikan :D. Walaupun wayang ini notabene adalah budaya bangsa Indonesia.
Kaligrafi Kufi
Dari sudut pandang kaligrafi juga ada catatan dari desainer tanah air. Seperti eksekusi huruh Lam dan Lam Alif di tengah, maupun huruf Lam di belakang. Menurut mereka, bisa menyebabkan makna lain yang justru bermakna negatif. Makna yang berseberangan dengan makna seharusnya ini lah yang seharusnya dihindari.
Dari segi readiblity, banyak kalangan menganggap logo yang baru tidak jelas dan memiliki keterbacaan yang rendah.
Dari warna pun banyak komentar, memang… netizen banyak maunya yah hehehe…
Perhatikan adab dalam berkomentar
Dalam dunia desainer ada code of conduct yang sebaiknya menjadi pegangan. Termasuk salah satunya saling menghormati antar desainer.
Tidak mudah memang membuat karya desain. Kita sebagai pengamat desain, lebih mudah berkomentar daripada membuatnya sendiri. Banyak variabel dan sudut pandang yang harus disatukan hingga akhirnya suatu karya dinyatakan final. Dan tentu saja, ada variabel dan sudut pandang yang biasanya harus dikorbankan…. danmenjadi bahan komentar dari masyarakat.
Desainer menjadi penengah antara klien (brand owner) dan audiens. Suatu desain seharusnya menjadi solusi bagi klien agar tujuan yang dimaksud bisa mencapai audien (target dari pembuatan desain).
Karena desain dibuat sebenarnya bukan untuk memenuhi keinginan klien, melainkan memenuhi kebutuhan klien untuk menyampaikan pesannya ke audien. Jadi… apa artinya desain dianggap bagus oleh klien, tetapi target audien tidak menyukainya.
Dan akhirnya beberapa desainer terpancing ingin membuat desain Halal versi mereka sendiri. Dan ngga ketinggalan pula kali ini Fidznet juga ingin melakukan redesain.
Bukan bermaksud memberi koreksi pada desain yang sudah ada, tetapi hanya ingin memberikan respon spontan sebagai seorang desainer hehehe…
Konsep yang diusung Fidznet pun hanya jawaban dari konsep simbol wayang gunungan Logo halal baru. Kalau sebagian kalangan menilai Logo halal baru tidak mewakili masyarakat Indonesia secara utuh, Fidznet coba memberikan alternatif desain yang lebih netral. Menggunakan lambang negara sebagai elemen logo. Walaupun… secara fungsi, Fidznet lebih menyukai logo awal.
Untuk lebih lengkapnya, konsep redesain dan penjelasannya bisa dilihat di link instagram berikut.
Terimakasih